Jum'at, 05 Juli 2013 | 05:02 WIB
Kesiapan perangkat pendukung. Kebijakan ganjil-genap ini, nantinya akan dipantau melalui CCTV. 'Kalau memang pantau hanya pakai mata iya bisa cepet, kalau enggak ya musti nunggu alat,' kata Jokowi. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO , Jakarta:Tak mudah menjadi pemimpin yang baik. Begitu kata Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Dia beralasan ada kriteria baru yang berbeda dan harus dipenuhi. 'Salah satunya, pemimpin sakarang harus bersikap lebih horizontal kepada rakyat dan bawahannya dibanding bersikap vertikal,'ujar Jokowi saat kuliah tentang kepemimpinan di kantor pusat PGN (Perusahaan Gas Negara), Gajah Mada, Jakarta Pusat. Bersikap horizontal yang dimaksud Jokowi adalah mau mendekati masyarakat dan membangun komunikasi yang sejajar, bukan top-down (vertikal). Pemimpin juga harus mau mendekati masalah untuk dipelajari, bukan menjauhinya. Jokowi berkata, sikap horizontal menjadi salah satu kriteria paling sering dilupakan oleh pemimpin sekarang. Kebanyakan pemimpin atau pejabat cenderung bersikap eksklusif. Alhasil, kedekatan dengan masyarakat atau tempat masalah bersumber tak terbentuk. 'Kalau korporasi, pemimpin atau pejabat, masih bertahan dengan model vertikal, saya jamin masa kepemimpinannya tak akan bertahan lama,'ujar Jokowi. Ia mencontohkan jatuhnya Mubarak atau Morsi di Mesir. Tak cuma sikap horizontal saja. Jokowi menganggap inti dari pemimpin yang baik adalah mampu mendengar keluhan masyarakat. Usai mendengarkan masyarakat, seorang pemimpin harus mampu mendekatkan masyarakat, sedekat mungkin dengan harapannya. Terakhir, Jokowi berkata, blusukan merupakan cara dia untuk bersikap horizontal. Di situlah, kata Jokowi, dia mendapat gambaran rill masyarakat dan mengerahkan bawahannya untuk mencari solusi. 'Saya di kantor itu paling cuman tanda tangan dokuman-dokumen doank,'kata dia terkekeh. ISTMAN MPTopik Terhangat:Tarif Progresif KRL | Bursa Capres 2014 | Ribut Kabut Asap | PKS Didepak? | Puncak HUT Jakarta
Belum ada komentar untuk "Pemimpin yang Baik versi Jokowi"
Post a Comment