POS KUPANG.COM, SOLO -- Kebijakan relokasi ratusan pedagang kaki lima dari Banjarsari ke Notoharjo, Solo, Jawa Tengah, oleh Joko Widodo ketika dia menjabat sebagai Wali Kota Solo pada 2006 sempat membuat dia dibenci. Namun, seiring berjalannya waktu, program itu jugalah yang membuat Jokowi dicintai.
Saat Jokowi bernostalgia dengan blusukan ke Pasar Notoharjo, Sabtu (26/7/2014), ratusan pedagang kaki lima mengerumuninya. Gubernur DKI Jakarta itu disapa, diajak bersalaman, berfoto bersama, bahkan sampai dipeluk oleh para pedagang kaki lima yang dulu sempat 'memusuhinya' sebelum direlokasi dari badan jalan di Banjarsari ke pasar itu. Pertemuan kemarin membawa Jokowi ke kenangan 8 tahun silam.
'Dulu mereka ini di jalan-jalan, kumuh dan kotor. Mau direlokasi, mereka menentang. Mereka protes sampai bawa bambu runcing, corat-coret, dan sebagainya,' kenang Jokowi di sela blusukan mendadak tersebut.
Menghadapi kondisi demikian, Jokowi lalu memetakan kekuatan-kekuatan oknum-oknum tak bertanggung jawab di balik para PKL tersebut. Jokowi kemudian memanggil seluruh pemegang lapak PKL itu untuk makan bersama. Jokowi setidaknya 54 kali makan bersama para tokoh PKL. Makan pagi, siang, maupun malam.
Acara makan pertama hingga pertengahan tak menyentuh apa pun soal proses relokasi. Para tokoh maupun oknum tak bertanggung jawab itu sempat bingung karena dari awal makan hingga selesai, Jokowi sama sekali tidak menyentuh soal kebijakan relokasi PKL. Topik relokasi baru disinggung Jokowi pada makan siang ke-54.
'Gimana, jadi bersedia dipindahkan, kan?' kira-kira demikian tanya Jokowi ke para 'preman' itu.
Sontak sejumlah tokoh preman itu pun protes. 'Nah kan, pasti diajak makan ini ada buntut yang ndak enak,' kata mereka.
Jokowi bukannya tanpa memikirkan protes itu. Dia telah memiliki strategi khusus. Kepada sejumlah tokoh PKL itu, Jokowi menyiapkan sejumlah kebijakan pendukung. Misalnya, pemberian fasilitas di kios baru, membuka akses transportasi umum di kios baru, hingga memublikasikan keberadaan kios baru ke masyarakat umum. Hasilnya, Jokowi berhasil merelokasi mereka.
'Itu mindahin mereka pakai karnaval segala. Akhirnya mereka pindah dengan jaminan omzet tidak menurun,' kata Jokowi.
'Ngemong' rakyat
Di Pasar Notoharjo, genggaman tangan Joko Sugiharto (50) tidak dilepaskan Jokowi saat keduanya tidak sengaja bertemu, Sabtu siang. Joko Sugiharto adalah ketua tujuh paguyuban PKL yang sangat menentang relokasi PKL di Banjarsari ke Pasar Notoharjo.
Setelah delapan tahun, kedua pria bernama depan Jokowi itu tidak sengaja bertemu. ' Lah, ini dia dulu tukang demo saya. Paling galak ini dulu,' jawab Jokowi sembari menyambut uluran tangan Joko.
Joko mengaku sebal dengan program relokasi Jokowi. Menurut dia, sejak pertama ide relokasi PKL itu tercetus, Pemerintah Kota Solo tidak pernah memberikan jaminan bahwa kehidupan para PKL di tempat baru akan jauh lebih baik dan menguntungkan.
'Dulu gerakan PKL saya itu corat-coret. Semua tembok kami corat-coret menentang relokasi,' cerita Joko.
Lantas, apa yang membuat Joko dan kawan-kawan bersedia direlokasi? 'Kesabaran Pak Jokowi itu yang buat kita bersedia pindah. Pak Jokowi itu orangnya ngemongin (mengurus) rakyat. Kita jadi yakin. Sampai tujuh bulan lamanya, baru kita pindah,' kata Joko.
Pengorbanan Joko dan kawan-kawan pindah ke kios baru berbuah hasil. Jika di tempat lama para PKL hanya mampu meraup Rp 300.000 per hari, kini omzet PKL di tempat baru mencapai Rp 3 juta per hari. Kondisi inilah yang membuat Joko dan para PKL mencintai Jokowi.
Kini Jokowi telah ditetapkan sebagai presiden terpilih 2014-2019 oleh Komisi Pemilihan Umum. Masyarakat Solo yang dulu menentangnya, termasuk Joko, kini berbalik mendukungnya. 'Kami siap mengawal program Pak Jokowi saat menjadi presiden nanti,' ujar Joko.
Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Belum ada komentar untuk "Jokowi Dibenci, Jokowi Dicinta"
Post a Comment