Selasa, 08 Juli 2014 | 15:57 WIB
Petugas Tim Penjinak Bahan Peledak Polda Metro Jaya, melakukan penjagaan di lokasi diduga bom di samping Pos Kepolisian Subsektor Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta, 7 Juli 2014. Jelang pilpres, teror bom telah terjadi sebanyak 17 kali. TEMPO/Imam Sukamto
KABARJOKOWI.BLOGSPOT.COM, Jakarta - Lembaga riset asal Jepang, Nomura, memprediksi pasangan calon presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla akan mengungguli Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dalam pemilihan presiden, Rabu, 9 Juli 2014. Perkiraan ini diperoleh berdasarkan riset yang digelar terhadap investor global. Sebanyak 90 persen responden berharap Jokowi akan terpilih sebagai presiden. Perolehan suara Jokowi diprediksi akan unggul 8,5 persen dibandingkan Prabowo. Perbedaan perolehan suara antara Jokowi dan Prabowo itu, menurut Nomura, kian lebar. Sebelumnya, berdasarkan hasil polling terakhir, perbedaan suara antara kedua calon tersebut hanya 3,5 persen. 'Bagaimana pun dalam hasil polling, perbedaan suara kedua pasangan kian lebar,' demikian hasil riset Nomura. Nomura juga menyatakan akibat ketatnya persaingan dua kubu, hasil pemilu tak bisa diprediksi. Hal ini menimbulkan kekecewaan investor. (Baca: Kata Astrolog, Jokowi Jadi Presiden pada 9 Juli) Persepsi pasar terhadap Prabowo juga negatif. Pemerintahan Prabowo dinilai akan menelurkan kebijakan nasionalisasi yang drastis. Hal ini berbeda dengan Jokowi, meski ia juga menyatakan akan mengutamakan perusahaan lokal. Kemenangan pasangan Jokowi-JK, juga diperkirakan akan mendorong penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS. Sebaliknya, bila Prabowo yang terpilih sebagai presiden, kurs rupiah diperkirakan bakal melemah. Nomura bukan satu-satunya lembaga riset yang membuat penelitian tentang pemilihan presiden. Sebelumnya, Morgan Stanley melansir survei bertajuk 'Strategi dan Ekonomi Indonesia dalam Putaran Pemilu'. Rilis yang dikeluarkan pada 26 Juni lalu itu menyebutkan kedua calon presiden memiliki visi-misi yang cenderung sama. Namun, menurut Deyi Tan, peneliti Morgan Stanley, Joko Widodo dinilai lebih reformis. Dengan begitu, Indonesia bisa melakukan reformasi struktural untuk mengatasi pengaruh eksternal. Misalnya, dengan meningkatkan daya saing sektor non-komoditas. (Baca: Analis: Jokowi Realistis Patok Target Ekonomi)Untuk nilai tukar, Morgan Stanley memprediksi reaksi awal pasar akan positif jika Jokowi yang terpilih. Sebaliknya, kemenangan Prabowo ada kemungkinan menciptakan arus modal keluar yang cukup memperlemah rupiah hingga melampaui 12.300 per dolar Amerika Serikat. Sebelumnya, hasil survei Deutsche Bank yang dikumandangkan pada 9 Juni lalu menyatakan jika Prabowo menang, 56 persen dari investor yang disurvei akan menjual aset Indonesia. Adapun 13 persen lainnya melakukan transaksi sebaliknya. Situasi itu berkebalikan bila yang terpilih adalah Joko Widodo. Sebanyak 74 persen investor menyatakan akan memborong aset Indonesia, hanya 6 persen yang akan melepas asetnya. Deutsche Bank juga menyebutkan pemerintahan Indonesia yang baru akan menentukan keputusan investasi di Indonesia. Hal itu disetujui oleh 87 persen dari 70 investor yang disurvei pada Mei-Juni 2014. Bila benar, arus dana masuk ke Indonesia yang rata-rata US$ 11,4 miliar dalam lima tahun terakhir berpotensi keluar jika hasil pemilihan presiden mengecewakan.CANTIKA BELLIANDARA | DEWI RINABerita lainnya:Bos Lion Air Incar Proyek Kereta Ekspres BandaraCedera Neymar Bukan karena Ditabrak Zuniga Kereta Super Cepat Bandung-Jakarta Segera Dibangun
Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Belum ada komentar untuk "Riset Nomura Prediksi Jokowi Ungguli Prabowo"
Post a Comment