Analis politik Tobias Basuki gemar menceritakan sebuah kisah tentang presiden terpilih Joko Widodo yang mungkin sudah usang tapi menunjukkan mengapa begitu banyak orang memiliki harapan tinggi untuk presiden Indonesia berikutnya ini.
Beberapa tahun yang lalu, Jokowi, demikian presiden terpilih itu biasa disapa, dinobatkan sebagai satu dari 10 politisi terbaik di Indonesia menurut majalah Tempo. Saat itu adalah walikota Solo, Jawa Tengah.
Jokowi diundang ke kantor Tempo untuk diwawancarai dan seorang wartawan melihatnya duduk di lobi seorang diri tanpa rombongan yang biasanya menemani politisi di Indonesia.
Seperti dikatakan oleh Tobias, Jokowi tampak seperti orang biasa, bahkan seperti seorang sopir. 'Anda siapa?' tanya wartawan itu.
Calon presiden terpilih itu kemudian berdiri dan membungkuk dengan sopan ketika ia memberikan kartu namanya kepada si wartawan. Itulah citra Joko Widodo sebagai pelayan rakyat yang sederhana.
Gaya bersahaja ini menjadi ciri Jokowi selama menjabat sebagai walikota Solo dan selanjutnya sebagai gubernur Jakarta dari 2012, jabatan yang masih ia pegang ketika ia memenangi pemilu presiden pada bulan Juli.
Ia meraih 53% suara sedangkan lawannya, Prabowo Subianto hanya mendapat 47% saja.
'Gayanya yang rendah hati adalah hal baru di politik Indonesia. Tidak tampak adanya jurang perbedaan antara dirinya dan orang yang ia pimpin,' kata Tobias dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta.
Tapi gaya tidak akan membawa Anda jauh, substansi tetap penting. Jokowi juga memiliki rekor yang mencengangkan dalam hal menyelesaikan sesuatu.
Untuk kerjanya sebagai walikota Solo, Jokowi berada di tempat ketiga dalam Penghargaan Walikota Dunia 2012, sebuah penghargaan tahunan yang diberikan kepada para pemimpin yang telah merevitalisasi kota-kota mereka. Itu adalah hal yang oleh para juri dikatakan tentang Jokowi, yang tidak mengambil gajinya ketika ia menjadi walikota.
'Jokowi telah mengubah kota yang sarat tindakan kriminal menjadi pusat seni dan budaya regional yang mulai menarik pariwisata internasional.
'Kampanyenya melawan korupsi membuatnya mendapat reputasi sebagai politisi paling bersih di Indonesia.'
Rumah untuk orang miskin
Reputasi Jokowi semakin berkilau saat ia memangku jabatan sebagai gubernur Jakarta.
Ia membangun rumah-rumah baru untuk warga kampung kumuh di berbagai lokasi di ibukota.
Ia juga memperkenalkan skema untuk memberikan orang miskin jaminan kesehatan gratis dan memulai kembali pembangunan sistem metro untuk Jakarta, yang kemacetan lalu lintasnya menjadi cobaan berat bagi para pengemudi.
Jokowi juga menginisiasi proyek untuk menghentikan banjir di Jakarta.
Pendukungnya tidak sulit ditemukan, terutama di kawasan kumuh bernama Tanah Tinggi di Jakarta Pusat.
Di permukiman padat ini, ayam-ayam berkeliaran di dekat warga yang sedang berbincang-bincang dan di terik matahari tropis, lalat berkerumun di makanan yang dijajakan di kios-kios sepanjang gang.
Kamar-kamar di dalam rumah warga gelap dan tidak terdapat banyak barang.
Namun di salah satu area di permukiman kumuh itu terdapat rumah-rumah permanen berlantai dua.
Jokowi membangun kelompok rumah itu tidak lama setelah menjadi gubernur Jakarta dengan tujuan untuk merumahkan kembali masyarakat Tanah Tinggi yang tinggal di rumah tidak layak.
Marlina, 38, dan keluarganya adalah satu dari banyak orang yang beruntung mendapatkan rumah baru.
'Yang saya tahu adalah Jokowi membangun rumah saya, kami tidak perlu membayar satu sen pun,' kata Marlina, saat ia menghidupkan kran air untuk menunjukkan fasilitas di rumahnya.
Tantangan terbesar Jokowi
Namun ketika ia menjadi presiden kelak di bulan Oktober, Joko Widodo menghadapi serangkaian masalah yang mendesak, termasuk subsidi bahan bakar minyak yang membuat BBM begitu murah di Indonesia.
Pemerintah menghabiskan biaya untuk subsidi tiga kali lebih besar dari yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. Jokowi telah berjanji untuk mengurangi subsidi BBM dan menggunakan dana itu untuk membantu orang miskin, tetapi proposal itu telah membuat gelisah para pengguna kendaraan bermotor.
Dan ada isu-isu yang lebih besar untuk ditangani, termasuk kemiskinan. Indonesia memiliki lebih dari 100 juta orang yang hidup dengan biaya di bawah US$2 atau kurang per hari.
Mereka kebanyakan tinggal di pinggir rel kereta api di Tanah Tinggi.
Keluarga-keluarga miskin ini tinggal di gubuk yang terbuat dari terpal, kardus dan kayu bekas. Mereka sudah sering terpaksa harus pindah karena diusir oleh petugas tetapi mereka selalu kembali ke sana.
Mereka hidup dengan memulung botol plastik bekas untuk dijual. Salah satunya adalah Nurhayati. Ia datang ke Jakarta bersama ibunya dari Jawa Timur saat berusia 13 tahun.
Kini ia berusia 21 tahun dan sudah memiliki dua orang anak yang sehari-hari bermain di dekat rel kereta.
'Harga yang kita dapat untuk botol plastik baru-baru ini turun,' kata Nurhayati. Dalam jangka panjang, membantu warga seperti Nurhayati akan menjadi tugas Jokowi yang terberat.
Peter Carey, dosen tamu di Universitas Indonesia mengatakan ekonomi telah berkembang pesat dalam satu dekade terakhir dan Indonesia diperkirakan akan menjadi salah satu negara paling kaya di dunia.
Tapi ia mengatakan perlu ada niat baik dari pemerintah untuk menyediakan layanan kesehatan yang layak, sistem pendidikan yang lebih baik dan jaringan transportasi yang terkoordinasi untuk masyarakat, sekaligus mengatasi korupsi. 'Indonesia memiliki jurang pendapatan yang besar untuk dijembatani. Apa gunanya menjadi orang kaya jika kekayaan itu tidak digunakan untuk kepentingan orang banyak,' kata Carey.
Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Belum ada komentar untuk "Tugas berat menanti Jokowi"
Post a Comment