Senin, 08 Desember 2014 | 11:09 WIB
Sofyan Djalil. TEMPO/Dhemas Reviyanto Atmodjo
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Presiden Joko Widodo mendapat tawaran utang baru dari World Bank. Menteri Koordinator Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan World Bank menawarkan sejumlah utang baru dalam nominal besar untuk membantu pembangunan infrastruktur Indonesia.'Intinya bagaimana memanfaatkan pinjaman-pinjaman bilateral yang lebih murah, lebih long term untuk pembangunan infrastruktur kita,' kata Sofyan seusai bertemu perwakilan lembaga donor dunia itu di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian di Jakarta, Senin 8 Desember 2014. (Baca: BI Terbitkan Aturan Utang Luar Negeri)Saat ditanya, berapa dana yang bakal dikucurkan World Bank? Sofyan hanya mengatakan nominal yang mereka tawarkan cukup besar dan lebih menguntungkan dibanding penerbitan global bond oleh pemerintah. 'Oh besar sekali, pokoknya tinggal nanti negoisasi dengan tim mereka,' ucap Sofyan yang hendak bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara. (Baca: Ekonom: Waspadai Peningkatan Utang Luar Negeri)Sofyan memaparkan, perwakilan pemerintah bisa bernegosiasi dengan World Bank untuk membicarakan tujuan pinjaman, seperti pembangunan pembangkit listrik atau infrastruktur lainnya. 'Intinya bunganya lebih murah, kemudian waktu pembayaran panjang. Tapi lebih murah daripada pinjaman penerbitan global bond,' jelas Sofyan. (Baca: Tiga Cara Ini Diyakini Bisa Tekan Utang Swasta) Sofyan menambahkan, kedatangan World Bank bisa menambah ragam pembiayaan infrastrktur bagi pemerintah. Sebelumnya pemerintah Jepang dan Korea Selatan telah menyatakan kesiapannya untuk membiayai pembangunan di Tanah Air. 'Itu (besarannya) berbeda-beda, intinya kami manfaatkan pinjaman multilateral dan bilateral untuk sedapat mungkin mengurangi pinjaman komersial,' ujarnya. (Baca: Utang Luar Negeri Indonesia Naik) Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, total utang luar negeri pemerintah hingga Mei lalu mencapai Rp 678,81 triliun. Utang tersebut berasal dari empat sumber, dua sektor utama dari pinjaman bilateral dan multilateral, serta sektor komersial bank dan suppliers. (Baca: SBY Klaim Sukses Turunkan Rasio Utang Luar Negeri) Total pinjaman bilateral mencapai Rp 367,10 triliun atau setara dengan 53,9 persen dari pinjaman luar negeri, dengan pemberi pinjaman terbesar adalah Jepang sebesar Rp 243,70 triliun, disusul Prancis sebesar Rp 24,96 triliun, dan Jerman sebesar Rp 22,20 triliun. Sedangkan gabungan sindikasi pinjaman dari negara lain sebesar Rp 76,24 triliun. (Baca juga: Utang Luar Negeri Naik, BI Dorong Hedging) Sedangkan pinjaman multilateral tercatat sebesar Rp 271,05 triliun atau sebesar 39,8 persen dari total pinjaman luar negeri Indonesia, dengan pemberi terbesar adalah World Bank sebesar Rp 158,32 triliun, lalu ADB Rp 103,37 triliun dan IDB 6,83 triliun. Sindikasi lainnya, yakni 2,54 triliun. Sementara itu, untuk pinjaman dari sektor komersial bank, tercatat sebesar Rp40,36 triliun atau 5,9 persen, dan pinjaman dari suppliers sebesar Rp 300 miliar, tidak mencapai 1 persen. JAYADI SUPRIADINTopik terhangat:Golkar Pecah | Wakil Ahok | Kasus Munir | Interpelasi Jokowi | Susi PudjiastutiBerita terpopuler lainnya:Jokowi Kaget Lihat JakabaringKubu Ical: Peserta Munas Ancol Diberi Rp 500 jutaMunas Golkar Tandingan Dapat Restu Jusuf KallaBegini Cara 13 Polisi di Kudus Menyiksa Kuswanto
Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Belum ada komentar untuk "World Bank Tawari Jokowi Utang Baru - Tempo.co"
Post a Comment