KOMPAS.com - 'Kesempatan ini hanya sekali seumur hidup dan kesempatan itu terlepas sudah,' ujar lugas Alimin Waluyo, mahasiswa Universitas Queensland, Australia. 'Kapan lagi Jokowi datang ke Brisbane? Kalaupun ke Australia lagi, tak mungkin ke Brisbane.'Mahasiswa jurusan applied linguistics itu kecewa karena tak mendapat undangan untuk bertemu Presiden Joko Widodo, di sela Jokowi mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Brisbane, Australia, pada 15 November 2014 hingga 16 November 2014. (Baca: Kekecewaan itu masuk akal, karena begitu studinya rampung maka Alimin akan pulang kampung ke Malang, Jawa Timur. Peluangnya bisa bertemu sang Presiden bakal semakin tipis pada saat itu. Jokowi menghadiri KTT G20 yang berlangsung di Brisbane pada 15 dan 16 November 2014. 'Sepertinya panitia terlalu merahasiakan informasi mengenai jadwal Jokowi,' tutur Mifakhul Maarif, pimpinan Buaya Kroncong Brisbane, sebuah kelompok musik yang akrab dengan warga Indonesia. Soal waktuWaktu yang mepet bisa jadi merupakan kendala Kedutaan Besar Republik Indonesia di Australia untuk mengundang seluruh komunitas Indonesia di wilayah itu. Sebelumnya, Jokowi belum dipastikan datang ke G20 selepas dia mengikuti pertemuan APEC di Beijing dan KTT ASEAN di Naypyidaw, Myanmar. ( Baca: Jokowi Belum Tentu Hadiri Pertemuan G20 di Brisbane).Pertemuan Jokowi dengan komunitas Indonesia di Brisbane digelar Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) dan Garuda Indonesia di Brisbane. Kedatangan Jokowi diatur oleh KBRI--yang juga memprakarsai pertemuan tersebut--dari lokasi kantornya di Canberra yang berjarak 1.200 kilometer dengan Brisbane.'Tidak ada upaya untuk merahasiakan informasi mengenai kedatangan, hotel, dan tempat pertemuan masyarakat,' tepis Sezargerry Sumardi, Sekretaris Tiga KBRI untuk Bidang Informasi dan Sosial Budaya.'Setelah tempat pertemuan ditentukan maka informasi itu disebar ke masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Queensland,' imbuh Sezargerry kepada Kompas.com.Namun, Perhimpunan Indonesia Queensland juga punya jawaban soal hal itu. 'Saya baru tahu dua hari sebelumnya,' kata Kketua PIQ Diah Campbell. 'Besoknya saya harus memasukkan nama karena undangan baru akan diberikan setelah nama-nama itu masuk.'Diah pun mengaku kesal karena banyak pihak mengira PIQ masuk dalam kepanitiaan dan sengaja menutup-nutupi informasi mengenai acara ini. Simpang siur informasi, ujar dia, bahkan memunculkan tudingan bahwa yang boleh bertemu Jokowi hanya mereka yang masih mengantongi kewarganegaraan Indonesia. Sezargerry mengatakan, agar sebanyak mungkin masyarakat Indonesia di Queensland terwakili maka undangan disampaikan lewat organisasi-organisasi masyarakat Indonesia di Queensland. Tri Mulyani Sunarharum dari PPIA pun mengatakan bahwa sejak awal mahasiswa menginginkan silaturahmi diadakan dengan sebanyak mungkin anggota komunitas Indonesia.'Namun tempat pertemuan diputuskan di sebuah gedung di kampus QUT (Queensland University of Technology) yang tentunya tak mampu menampung banyak orang,' kilah kandidat PhD ini mengenai kampusnya.Strong choicesYosi Agustiawan, dosen Unipdu Jombang yang sedang menempuh studi di Brisbane, berpendapat mestinya KBRI juga menebarkan tawaran usulan melalui dunia maya sehingga komunitas Indonesia bisa urun rembuk bagaimana cara terbaik menyambut Jokowi.'Seperti strong choices dari pemerintah Australia yang membuka usulan bagi siapa saja untuk mengatasi persoalan publik,' tutur Yosi merujuk pada sebuah situs web milik pemerintah Queensland.Wahju Prijogo, mahasiswa tingkat doktoral di Universitas New England, memberikan juga contoh bagaimana mahasiswa Tiongkok mengatur penyambutan bagi Presiden Xi Jinping. 'Perhimpunan mahasiswa mereka cukup melayangkan email ke semua mahasiswa yang ingin menyambut dengan memberikan jadwal presiden mereka dari hari ke hari,' tutur dia.
Twitter Gambar kedatangan Presiden Joko Widodo dan rombongan di Brisbane, Australia, pada 14 November 2014, seperti diunggah kantor berita Xinhua di akun Twitter-nya pada 16 November 2014. Jokowi ada di Brisbane untuk menghadiri KTT G20 pada 15 dan 16 November 2014.
Kesan minimnya informasi juga menyebabkan banyak warga yang tadinya bahkan mengaku rela tidak masuk ke tempat pertemuan asal bisa melihat Jokowi sepintas lalu pun menjadi batal datang.' Bendera sudah siap, pengennya anak-anak ikut melambaikan bendera di luar ruangan di jalan masuknya Jokowi sang idola . . . tapi nanti terganjal security karena tak ada info KJRI/KBRI tamu tak diundang boleh 'nyerbu' di luar ruangan . . . ya ga jadi deh,' tutur Wenny Becks lewat jejaring media sosial. Lulu Hendrie, wiraswastawan Indonesia yang mendampingi istrinya menyelesaikan studi S3 di Brisbane, merasa informasi tak sampai ini membuat masyarakat Indonesia di Brisbane seakan terbelah. 'Seakan ada kelompok elite yang mendapat undangan, dan kelompok non-elite (yang tak diundan),' sebut dia.Hati-hati Noel Pranoto, manajer perusahaan tambang yang juga ketua Diaspora Indonesia di Queensland mengatakan dia baru tahu soal rencana kedatangan Jokowi di Brisbane hanya tiga hari sebelum pertemuan.'Karena masih bersifat rencana, maka kegiatan ini belum disebarluaskan,' kata Noel. 'Barangkali ini yang kemudian dikatakan sebagai 'rahasia' padahal sebenarnya hanya ingin berhati-hati agar tidak menimbulkan kekecewaan warga Indonesia jika ternyata acara dibatalkan karena satu dan lain hal.'Menurut Noel, sedari awal juga sudah diberitahukan bahwa kapasitas gedung tempat pertemuan digelar itu sangat terbatas. Lokasi pertemuan hanya menampung sekitar dua ratusan orang. Karena itu, kata dia, tidak semua anggota masyarakat Indonesia di Brisbane dan sekitarnya dapat hadir. Sepekan sudah lewat dari kunjungan Jokowi ke Brisbane, tetapi curahan kekecewaan masih terus muncul di media sosial. Fenomena ini menjadi tak mengherankan bila merujuk data Pemilu Presiden 2014 untuk Australia.Data pemilu luar negeri untuk Australia mendapati 80 persen warga Indonesia di sana memilih Jokowi. Di antara para pemilih Jokowi ini pun ada orang-orang yang 10 tahun hingga 20 tahun tak pernah menggunakan hak pilihnya. Dari suara yang bergema di media sosial itu, sebagian warga Indonesia di Australia menyatakan ingin menyambut Jokowi di tepi jalan yang dilewati rombongan Presiden, seperti halnya yang dilakukan warga China saat Presiden Xi melintas. Namun, mereka tak tahu kemana harus pergi dan waktu yang tepat untuk itu.Bila informasi itu tersebar dengan benar, bukan tak mungkin warga Indonesia menyambut Jokowi laiknya sambutan yang diberikan 16.000 warga India di Sydney untuk perdana menteri mereka, Narendra Modi, sehari setelah KTT G20. Kalau saja 60.000 orang asal Indonesia di Australia tahu tentang jadwal kegiatan Jokowi di Brisbane, mungkin kekecewaan Alimin tak perlu terjadi. Kesempatan sekali seumur hidup itu bisa jadi sudah digenggam Alimin--juga oleh ribuan orang lain yang punya keinginan serupa dengannya--bukan malah kecewa yang tertinggal di Australia.... Ikuti perkembangan berita ini dalam topik: Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Belum ada komentar untuk "Kecewa yang Tertinggal dari Kunjungan Jokowi... - KOMPAS.com"
Post a Comment