Kabar Jokowi

Mensesneg: Jokowi Tidak Suka Bahasa Kuasa - Tempo.co

Minggu, 09 November 2014 | 10:51 WIB



Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan sejumlah gubernur usai pembukaan Rakornas Kabinet Kerja, di Istana Negara, Jakarta, 4 November 2014. Jokowi menyampaikan rencana pemerintah untuk melakukan pengalihan subsidi BBM ke subsidi pupuk dan benih, irigasi dan bendungan. ANTARA/Widodo S. Jusuf


TEMPO.CO, Yogyakarta- Menteri-Sekretaris Negara Pratikno mengaku, pada masa awal kerjanya, ia banyak dipusingkan dengan persoalan teknis yang sepele. Sebabnya, gaya kepemimpinan Presiden Joko Widodo alias Jokowi berbeda jauh dengan tradisi protokoler Istana Kepresidenan selama ini.'Presiden baru, gaya baru, tapi mesinnya masih lama,' ujar Pratikno di sela acara diskusi 'Dukungan Lintas Sektor dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi pada Pemerintahan Baru' di Balairung, Gedung Pusat UGM, pada Sabtu malam, 8 November 2014.Misalnya, dia mencontohkan, saat mengurusi persiapan pengumuman nama-nama menteri di Kabinet Kerja, ia sempat berdebat dengan bagian protokoler Istana. Perdebatannya seputar perlu atau tidak Jokowi dan Jusuf Kalla berdiri di atas panggung saat mengumumkan nama-nama menteri. 'Saya bilang jangan (pakai panggung). Mereka tidak percaya karena dulu tidak begitu. Akhirnya, Jokowi sendiri yang bilang tidak usah,' tuturnya. (Baca: Jokowi Mempelajari Infrastruktur Maritim Cina)Contoh lain, saat ada pertemuan pertama Jokowi dan Jusuf Kalla bersama gubernur se-Indonesia. Pratikno terpaksa menulis ulang poin-poin penting sambutan Presiden Jokowi karena draft pidato yang disiapkan oleh bagian protokoler tidak disukai oleh Jokowi. '(Sebab) bahasanya pakai logika kuasa. Isinya seputar Indonesia itu negara kesatuan, pemerintahan itu hierarkis, dan presiden berwenang sebagai pimpinan tertinggi,' katanya. (Baca: Agenda Presiden Jokowi Hari Ini di Beijing)Ternyata, menurut Pratikno, Jokowi memilih menjelaskan ke gubernur mengenai beragam persoalan dalam isu-isu strategis yang sedang dialami banyak daerah. Semua gubernur diajak oleh Presiden bekerja bareng menuntaskan masalah itu. 'Tujuannya sama (dengan presiden terdahulu), tapi caranya berbeda, dia tidak memakai bahasa kuasa.' Keengganan Jokowi memakai simbol bahasa kuasa, ujar Pratikno, dipraktekkan juga dalam desain posisi duduk para gubernur saat bertemu pertama kali dengan Jokowi dan wakilnya, Jusuf Kalla. Penataan kursi untuk para gubernur, yang semula ditata berbaris lurus oleh protokoler, terpaksa ia ubah, sehingga tertata melengkung agar bisa sedekat mungkin dengan tempat duduk Presiden. 'Dia (Jokowi) cocoknya begitu,' kata Pratikno. Menurut Pratikno, banyak hal-hal kecil yang menjadi perwajahan baru Istana pada masa kepemimpinan Jokowi berbeda jauh dengan tradisi protokoler masa presiden-presiden sebelumnya. Petugas di bagian protokoler sempat sulit mempercayai hal itu. 'Akibatnya, di hari-hari pertama (jadi Mensesneg), saya harus urus soal pidato hingga menata kursi,' tuturnya. ADDI MAWAHIBUN IDHOM


Baca berita lainnya:Nurul Arifin: Muntah Lihat Menteri Jokowi BlusukanDukung Menteri Blusukan, Tweeps Bully Nurul ArifinPPP Pecat Lulung, Kubu Prabowo Bersatu Jegal AhokNurul Arifin Menyesal Tak Sebar Duit Saat Pemilu Entities Related Keywords Authors Media Images 0
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Mensesneg: Jokowi Tidak Suka Bahasa Kuasa - Tempo.co dengan judul Mensesneg: Jokowi Tidak Suka Bahasa Kuasa - Tempo.co. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://kabarjokowi.blogspot.com/2014/11/mensesneg-jokowi-tidak-suka-bahasa.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: _ - Saturday, November 8, 2014

Belum ada komentar untuk "Mensesneg: Jokowi Tidak Suka Bahasa Kuasa - Tempo.co"

Post a Comment